Kamis, 14 Juni 2012

Renungan

Kalam-kalam Hikmat mengajak kita merenung secara mendalam tentang pengertian amal, Qada dan Qadar, takdir dan ikhtiar, doa dan janji Allah, yang semuanya itu mendidik rohani agar melihat betapa besarnya apa yang dikaruniakan oleh Allah kepada hamba-hambanya 
Rohani yang terdidik begini akan membentuk sikap beramal tanpa melihat kepada amalan itu sebaliknya melihat amalan itu sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri. 

Orang yang terdidik seperti ini tidak lagi membuat klaim kepada Allah, tetapi membuka hati nuraninya untuk menerima taufik dan hidayah dari Allah swt 

Orang yang hatinya suci bersih akan menerima pancaran Nur Sir dan mata hatinya akan melihat kepada hakikat bahwa Allah, Tuhan Yang Maha Mulia, Maha Suci dan Maha Tinggi tidak mungkin ditemukan dan dikenal kecuali jika Dia mau ditemui dan dikenal. 

Tidak ada ilmu dan amal yang mampu menyampaikan seseorang kepada Allah swt Tidak ada jalan untuk mengenal Allah Allah hanya dikenal ketika Dia memperkenalkan 'diri-Nya'. 




Temuan pada hakikat bahwa tidak ada jalan yang terjulur ke gerbang makrifat merupakan puncak yang dapat dicapai oleh ilmu. 



Ilmu tidak mampu pergi lebih jauh dari itu. Apabila mengetahui dan mengakui bahwa tidak ada jalan atau tangga yang dapat mencapai Allah swt maka seseorang itu tidak lagi bersandar kepada ilmu dan amalnya, apa lagi kepada ilmu dan amal orang lain. Kapan sampai di sini seseorang itu tidak ada pilihan lagi melainkan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah swt 

Ada orang yang mengetuk pintu gerbang makrifat dengan doanya. Jika pintu itu tidak terbuka maka semangatnya akan menurun hingga membawanya kepada putus asaan. 

Ada pula orang yang berpegang dengan janji Allah bahwa Dia akan membuka jalan-Nya kepada hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Kuatlah dia beramal agar dia lebih layak untuk menerima karunia Allah swt sebagaimana janji-Nya. 

Dia menggunakan kekuatan amalannya untuk mengetuk pintu gerbang makrifat. Bila pintu tersebut tidak terbuka juga maka dia akan merasa sedih. 

Dalam perjalanan menemukan makrifat seseorang tidak terlepas dari kemungkinan perasaan menjadi ragu-ragu, lemah semangat dan berputus asa jika dia masih bersandar kepada sesuatu selain Allah swt 

Seorang hamba tidak ada pilihan lain kecuali berserah diri kepada Allah, hanya Dia yang memiliki kuasa Mutlak dalam menentukan siapakah diantara hamba-hamba-Nya yang layak mengenal Diri-Nya. Ilmu dan amal hanya digunakan untuk membentuk hati yang berserah diri kepada Allah 

Aslim atau menyerah diri kepada Allah swt adalah halte di depan pintu gerbang makrifat. Hanya para hamba yang sampai di perhentian aslim ini yang berkemungkinan menerima karnuia makrifat. Allah swt menyampaikan hamba-Nya di sini adalah tanda bahwa si ​​hamba tersebut dipersiapkan untuk menemui-Nya. 

Aslim adalah maqam dekat dengan Allah swt 

Siapa yang sampai kepada maqam ini haruslah terus membenamkan dirinya ke dalam lautan penyerahan tanpa menghiraukan banyak atau sedikit ilmu dan amal yang dimilikinya. Jika Allah inginkan dari maqam inilah hamba diangkat ke Hadirat-Nya. Jalan menuju perhentian aslim ke pintu gerbang makrifat secara umumnya terbagi menjadi dua bagian. 
Jalan pertama dinamakan jalan orang yang menemukan dan jalan kedua dinamakan jalan orang yang dicari. Orang yang mencari akan melalui jalan di mana dia kuat melakukan mujahadah ( berjuang melawan godaan hawa nafsu ), kuat melakukan amal ibadah dan gemar menuntut ilmu. Lahiriahnya sibuk melaksanakan tuntutan syariat dan batinnya memperteguh iman,Dipelajari dan mengenal sifat-sifat yang tercela dan berusaha mengikiskannya dari dirinya. Kemudian diisikan dengan sifat-sifat yang terpuji. 
Dipelajarinya pula perjalanan nafsu dan melatihkan dirinya agar nafsunya menjadi bertambah suci hingga meningkat ke tahap yang diridhoi Allah swt Inilah orang yang diceritakan Allah swt dengan firman-Nya: 

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.". (Al-'Ankabut ayat 69) 

Orang yang bermujahadah pada jalan Allah dengan cara menuntut ilmu, mengamalkan ilmu yang dituntut, memperbanyakkan ibadah, berzikir, menyucikan hati, 

maka Allah swt menunjukkan jalan dengan memberikan taufik dan hidayat sehingga terbuka kepadanya suasana berserah diri kepada Allah tanpa ragu-ragu dan ridha dengan perlakuan Allah swt 
Dia dibawa sampai dengan pintu gerbang makrifat dan hanya Allah saja yang menentukan apakah orang tadi akan dibawa ke Hadirat-Nya atau tidak, dikaruniakan makrifat ataupun tidak. 





Golongan orang yang dicari menempuh jalan yang berbeda dari golongan yang mencari. 
Orang yang dicari tidak cenderung untuk menuntut ilmu atau beramal dengan tekun. Dia hidup selaku orang awam tanpa kesungguhan bermujahadah.Tetapi,Allah telah menentukan satu posisi spiritual kepadanya, maka takdir akan menempatkannya sampai ke posisi yang telah ditentukan itu. 
Orang dalam golongan ini biasanya berhadapan dengan sesuatu peristiwa yang segera membawa perubahan pada hidupnya. 

Perubahan sikap dan kelakuan berlaku secara mendadak. Kejadian yang menimpanya selalu berbentuk tes yang memutuskan hubungannya dengan sesuatu yang menjadi penghalang diantaranya dengan Allah.



Jika dia seorang raja yang beban pemerintah menyebabkan dia tidak mampu mendekati Allah, maka Allah mencabut kerajaan itu darinya. Terlepaslah dia dari beban tersebut dan pada masa yang sama timbul satu keinsafan di dalam hatinya yang membuatnya menyerahkan dirinya kepada Allah dengan sepenuh hatinya. 

Jika dia seorang hartawan, takdir akan memupuskan hartanya sehingga dia tidak ada tempat bergantung kecuali Tuhan sendiri. 


Jika dia berkedudukan tinggi, takdir mencabut kedudukan tersebut dan ikut tercabut adalah kemuliaan yang dimilikinya, diganti pula dengan kehinaan sehingga dia tidak ada tempat untuk dituju lagi kecuali kepada Allah swt 


Mereka kembali dengan penuh kerendahan hati kepada Allah dan timbullah dalam hati mereka suasana penyerahan atau aslim yang benar-benar terhadap Allah swt Penyerahan yang tidak mengharapkan apa-apa dari makhluk menjadikan mereka ridha dengan apa saja takdir dan perlakuan Allah 
Suasana begini membuat mereka sampai dengan cepat ke perhentian pintu gerbang makrifat walaupun ilmu dan amal mereka masih sedikit. 




Orang yang berjalan dengan kendaraan bala bencana mampu sampai ke halte tersebut dalam waktu sesaat sedangkan orang yang mencari mungkin sampai pintu makrifat dalam waktu yang lama. 

Abu Hurairah ra menceritakan apa yang ia dengar dari Rasulullah saw Beliau bersabda yang maksudnya: 

Allah berfirman: "Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman kemudian dia tidak mengeluh kepada pengunjung-pengunjungnya maka Aku lepaskan dia dari belenggu-Ku dan Aku gantikan baginya daging dan darah yang lebih baik dari yang dahulu dan dia bisa memperbaharui amalnya sebab yang lalu telah diampuni semua ". 

Amal kebaikan dan ilmunya tidak mampu membawanya ke posisi spiritual yang telah ditentukan Allah, lalu Allah dengan rahmat-Nya mengenakan tes bala bencana yang menariknya dengan cepat ke posisi dekat dengan Allah Oleh karena itu tidak perlu dipersoalkan tentang amalan dan ilmu jika kondisi yang demikian terjadi kepada seorang hamba-Nya