Ketika Rasulullah saw dalam
keadaan sakit yang menghantarkan beliau wafat, Malaikat Jibril datang
menemuinya.
Setelah berbincang sejenak Rasulullah saw bertanya kepada Jibril:
“Jibril, apakah kamu nanti masih akan sering turun ke bumi ketika aku sudah meninggal?
Jibril menjawab:
“Masih Rasul, saya akan turun sepuluh kali lagi ke bumi, saya turun untuk mengambil sepuluh mutiara dari bumi ini sepeninggalmu”.
Rasulullah saw pun penasaran,
lalu bertanya kembali
“Mutiara apa yang ingin kau ambil itu?"
Jibril menjawab:
1.
Mengambil
Mutiara Pertama yaitu Barokah.
“الأَوَّلُ) أَرْفَعُ البَرَكَةَ
مِنَ الأَرْضِا)
Para kyai biasa memaknai
barokah dengan ziyadatul khair. Yang secara bahasa dapat diartikan ‘tambah
baik’.
Artinya, sesuatu itu dianggap memiliki kebarokahan jika memang dapat melahirkan kebaikan yang lain.
Artinya, sesuatu itu dianggap memiliki kebarokahan jika memang dapat melahirkan kebaikan yang lain.
Misalkan berdagang yang berkah
itu akan menjadikan pedagangnya makin banyak bersedekah dan tambah rajin
beribadah. Begitu pula ilmu yang barokah itu akan menjadikan pemiliknya
berperilaku semakin baik, tidak malah semakin buruk. Ilmu akuntansi yang
barokah tidak akan disalah gunakan oleh pemiliknya untuk korupsi
2.
Mengambil
Mutiara Kedua yaitu Rasa Cinta dari hati manusia
وَالثََّانىِ) أَرْفَعُ
المَحَبَّةَ مِنْ قُلُوْبِ الخَلْقِ )
Jika demikian, maka yang
tersisa hanyalah rasa benci.
Lihatlah sekarang di sekitar
kita apakah masih ada cinta dalam hati penguasa yang membuat rakyat dan para
petani hidup makin sengsara?.
Bagaimana ada cinta jikalau
mereka tega mengimpor bahan baku dan menghancurkan harga lokal?
Apakah itu cinta? Saya kira kita sudah bisa menilia dan menjawabnya.
Apakah itu cinta? Saya kira kita sudah bisa menilia dan menjawabnya.
3.
Mengambil
Mutiara Ketiga yaitu Rasa Sayang diantara keluarga
وَالثََّالِثُ) أَرْفَعُ
الشُّفْقَةَ مِنْ قُلُوْبِ الأَقاَرِبِ)
Jikalau harimau tidak akan
memangsa anaknya sendiri, tetapi sering kali kita temukan anak dan orang tua
saling membunuh, bahkan seorang ibu tega menjual bayinya.
Atau bahkan seorang anak menganiaya/menyakiti
orang tuanya dan sebaliknya. Bahkan dalam dunia politik yang semakin menghangat
karena musim pilkada berapa saudara yang telah berubah menjadi musuh?
Sepertinya rasa sayang antar keluarga semakin menipis. Namun demikian semoga
Allah tetap melindungi kita semua
4.
Mengambil
Mutiara Keempat yaitu Keadilan di Hati para Pemimpin
وَالرَّابِعُ) أَرْفَعُ العَدْلَ
مِنَ الأُمَراَءِ )
Rasa-rasanya mengenai hal ini
kita bersama telah pandai menilai.
Apakah kekuasaan di sekitar
kita masih mengandung keadilan?
Dapatkah disebut keadilan jika terjadi tebang pilih dalam penegakan hukum? Na’udzubillah min dzalik.
Dapatkah disebut keadilan jika terjadi tebang pilih dalam penegakan hukum? Na’udzubillah min dzalik.
5.
Mengambil
Mutiara Kelima yaitu Rasa Malu dari perempuan.
وَالخاَمِسُ) أَرْفَعُ الحَياَءَ
مِنَ النِّساَءِ )
Rasa malu itu kini telah
dirubah menjadi rasa bangga. Bangga menjadi perempuan simpanan. Bangga menjadi
gadis gratifikasi seksual, bahkan sebagian menggunakan alasan seni demi
menutupi rasa malu yang telah hilang. Semoga kita semua terhindar dari yang
demikian ini.
6.
Mengambil
Mutiara keenam yaitu Kesabaran dari para Fakir.
وَالسَّادِسُ) أَرْفَعُ
الصَّبْرَ مِنَ الفُقَراَءِ )
Perlu diakui bahwa faktor yang
mengondisikan negara miskin dan berkembang tetap aman dan tertata adalah
kesabaran para fakir dalam menerima bagian mereka. Namun, ketika golongan fakir
miskin ini tidak sabar dengan nasib mereka, maka kesenjangan social bisa
berubah menjadi kekacauan fisik. Inilah yang tergambar dalam prosesi premanisme
di berbagai kota.
7.
Mengambil
Mutiara ketujuh yaitu Wirai dan Zuhud dari para Ulama.
وَالسَّابِعُ) أَرْفَعُ الوَرَعَ
وَالزُهْدَ مِنَ اْلعُلَماَءِ )
Wira’i adalah menjaga diri dari
yang syuhbat dan yang haram, sedangkan zuhud itu tidak mementingkan
harta-dunia, keduanya merupakan karakter para ulama. Akan tetapi jika wira’i
dan zuhud telah hilang dari ulama maka nilai keulamaannyapun mulai berkurang. Nampaknya
inilah yang terjadi pada ulama kita. wajarlah jika akhir-akhir ini berbagai
fatwa mereka tidak didengar lagi oleh masyarakat. Pengajian-pengajiannya hanya
dianggap sebagai tontonan
8.
Mutiara
ke delapan yaitu Dermawannya orang kaya.
وَالثََّامِنُ) أَرْفَعُ
السَّخاَءَ مِنَ الأَغْنِياَءِ )
Diantara unsur yang dapat
melanggengkan sirkulasi kehidupan ekonomi dan sosial di suatu masyarakat adalah
kesabaran fakir dan kedermawanan orang kaya. Keduanya akan saling mengisi.
Namun jikalau semua itu lenyap, maka harmonisme dalam satu masyarakat dapat
hilang tergantikan dengan unharmonism.
9.
Mengambil
/ Mengangkat Mutiara ke Sembilan yaitu Al-Qur’an
وَالتَّاسِعُ) أَرْفَعُ
القُرْآنَ)
Mengangkat al-Qur’an, tepatnya
menghilangkan ruh al-Qur’an itu sendiri sebagai tuntunan dalam kehidupan.
Memang, kemajuan teknologi kini
makin mempermudah telinga kita mendengarkan lantunan ayat-ayat al-Qur’an.
melalui mp3, DVD, online bahkan juga tafsirnya pun dapat diperoleh dengan mudah
pula. Akan tetapi semangat qur’an itu sendiri sekarang makin pudar bersama
dengan makin mudahnya mendengarkan al-qur’an. Meski demikian kita harus tetap
berusaha memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar Jibril tidak mengambil
mutiara ini.
10. Dan terakhir, mutiara yang
diambil oleh Jibril dari bumi adalah Iman.
العاَشِرُ) أَرْفَعُ الإِيْماَنَ
)
Mungkin ini adalah mutiara
paling berharga diantara sembilan mutiara lainnya. Atau bisa saja ini adalah
urutan mutiara yang paling akhir yang akan diambil oleh Jibril.
Sebagaimana struktur teks
hadits ini yang memposisikannya paling belakang. Iman itu ada di hati semoga
Allah menetapkannya dalam hati kita masing-masing.