Rabu, 12 Juni 2013

10 Mutiara yg di ambil Malaikat Jibril Sepeninggalan Rasulullah SAW


Ketika Rasulullah saw dalam keadaan sakit yang menghantarkan beliau wafat, Malaikat Jibril datang menemuinya. 
Setelah berbincang sejenak Rasulullah saw bertanya kepada Jibril: 
“Jibril, apakah kamu nanti masih akan sering turun ke bumi ketika aku sudah meninggal? 
Jibril menjawab:
 “Masih Rasul, saya akan turun sepuluh kali lagi ke bumi, saya turun untuk mengambil sepuluh mutiara dari bumi ini sepeninggalmu”.

Rasulullah saw pun penasaran, lalu bertanya kembali 
“Mutiara apa yang ingin kau ambil itu?" 


Jibril menjawab:


1.     Mengambil Mutiara Pertama yaitu Barokah.

“الأَوَّلُ) أَرْفَعُ البَرَكَةَ مِنَ الأَرْضِا)
Para kyai biasa memaknai barokah dengan ziyadatul khair. Yang secara bahasa dapat diartikan ‘tambah baik’. 
Artinya,
sesuatu itu dianggap memiliki kebarokahan jika memang dapat melahirkan kebaikan yang lain.
Misalkan berdagang yang berkah itu akan menjadikan pedagangnya makin banyak bersedekah dan tambah rajin beribadah. Begitu pula ilmu yang barokah itu akan menjadikan pemiliknya berperilaku semakin baik, tidak malah semakin buruk. Ilmu akuntansi yang barokah tidak akan disalah gunakan oleh pemiliknya untuk korupsi


2.     Mengambil Mutiara Kedua yaitu Rasa Cinta dari hati manusia

وَالثََّانىِ) أَرْفَعُ المَحَبَّةَ مِنْ قُلُوْبِ الخَلْقِ )
Jika demikian, maka yang tersisa hanyalah rasa benci.
Lihatlah sekarang di sekitar kita apakah masih ada cinta dalam hati penguasa yang membuat rakyat dan para petani hidup makin sengsara?. 
Bagaimana ada cinta jikalau mereka tega mengimpor bahan baku dan menghancurkan harga lokal? 
Apakah itu cinta? Saya kira kita sudah bisa menilia dan menjawabnya.

3.     Mengambil Mutiara Ketiga yaitu Rasa Sayang diantara keluarga

وَالثََّالِثُ) أَرْفَعُ الشُّفْقَةَ مِنْ قُلُوْبِ الأَقاَرِبِ)
Jikalau harimau tidak akan memangsa anaknya sendiri, tetapi sering kali kita temukan anak dan orang tua saling membunuh, bahkan seorang ibu tega menjual bayinya.
 Atau bahkan seorang anak menganiaya/menyakiti orang tuanya dan sebaliknya. Bahkan dalam dunia politik yang semakin menghangat karena musim pilkada berapa saudara yang telah berubah menjadi musuh? Sepertinya rasa sayang antar keluarga semakin menipis. Namun demikian semoga Allah tetap melindungi kita semua



4.     Mengambil Mutiara Keempat yaitu Keadilan di Hati para Pemimpin

وَالرَّابِعُ) أَرْفَعُ العَدْلَ مِنَ الأُمَراَءِ )
Rasa-rasanya mengenai hal ini kita bersama telah pandai menilai.
Apakah kekuasaan di sekitar kita masih mengandung keadilan? 
Dapatkah disebut keadilan jika terjadi tebang pilih dalam penegakan hukum? Na’udzubillah min dzalik.

5.     Mengambil Mutiara Kelima yaitu Rasa Malu dari perempuan.

وَالخاَمِسُ) أَرْفَعُ الحَياَءَ مِنَ النِّساَءِ )
Rasa malu itu kini telah dirubah menjadi rasa bangga. Bangga menjadi perempuan simpanan. Bangga menjadi gadis gratifikasi seksual, bahkan sebagian menggunakan alasan seni demi menutupi rasa malu yang telah hilang. Semoga kita semua terhindar dari yang demikian ini.


6.     Mengambil Mutiara keenam yaitu Kesabaran dari para Fakir.

وَالسَّادِسُ) أَرْفَعُ الصَّبْرَ مِنَ الفُقَراَءِ )
Perlu diakui bahwa faktor yang mengondisikan negara miskin dan berkembang tetap aman dan tertata adalah kesabaran para fakir dalam menerima bagian mereka. Namun, ketika golongan fakir miskin ini tidak sabar dengan nasib mereka, maka kesenjangan social bisa berubah menjadi kekacauan fisik. Inilah yang tergambar dalam prosesi premanisme di berbagai kota.

7.     Mengambil Mutiara ketujuh yaitu Wirai dan Zuhud dari para Ulama.

وَالسَّابِعُ) أَرْفَعُ الوَرَعَ وَالزُهْدَ مِنَ اْلعُلَماَءِ )
Wira’i adalah menjaga diri dari yang syuhbat dan yang haram, sedangkan zuhud itu tidak mementingkan harta-dunia, keduanya merupakan karakter para ulama. Akan tetapi jika wira’i dan zuhud telah hilang dari ulama maka nilai keulamaannyapun mulai berkurang. Nampaknya inilah yang terjadi pada ulama kita. wajarlah jika akhir-akhir ini berbagai fatwa mereka tidak didengar lagi oleh masyarakat. Pengajian-pengajiannya hanya dianggap sebagai tontonan

8.     Mutiara ke delapan yaitu Dermawannya orang kaya.

وَالثََّامِنُ) أَرْفَعُ السَّخاَءَ مِنَ الأَغْنِياَءِ )
Diantara unsur yang dapat melanggengkan sirkulasi kehidupan ekonomi dan sosial di suatu masyarakat adalah kesabaran fakir dan kedermawanan orang kaya. Keduanya akan saling mengisi. Namun jikalau semua itu lenyap, maka harmonisme dalam satu masyarakat dapat hilang tergantikan dengan unharmonism.



9.     Mengambil / Mengangkat Mutiara ke Sembilan yaitu Al-Qur’an

وَالتَّاسِعُ) أَرْفَعُ القُرْآنَ)
Mengangkat al-Qur’an, tepatnya menghilangkan ruh al-Qur’an itu sendiri sebagai tuntunan dalam kehidupan.
Memang, kemajuan teknologi kini makin mempermudah telinga kita mendengarkan lantunan ayat-ayat al-Qur’an. melalui mp3, DVD, online bahkan juga tafsirnya pun dapat diperoleh dengan mudah pula. Akan tetapi semangat qur’an itu sendiri sekarang makin pudar bersama dengan makin mudahnya mendengarkan al-qur’an. Meski demikian kita harus tetap berusaha memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar Jibril tidak mengambil mutiara ini.

10.  Dan terakhir, mutiara yang diambil oleh Jibril dari bumi adalah Iman.

العاَشِرُ) أَرْفَعُ الإِيْماَنَ )
Mungkin ini adalah mutiara paling berharga diantara sembilan mutiara lainnya. Atau bisa saja ini adalah urutan mutiara yang paling akhir yang akan diambil oleh Jibril.
Sebagaimana struktur teks hadits ini yang memposisikannya paling belakang. Iman itu ada di hati semoga Allah menetapkannya dalam hati kita masing-masing.